Sebenarnya saya tidak berniat menulis postingan ini. Namun karena ada beberapa email yang masuk minggu lalu dan menanyakan beragam hal terkait "bagaimana" kerja disini (Malaysia.red) jadi saya posting saja (udah gatel juga karena lama gak nulis di blog :D).
Balik ke topik semula, orang-orang yang mengirim email kepada saya ini bisa dibilang sedang galau, sebagian galau karena tidak tahu bagaimana cara apply kerja di luar negeri (dalam hal ini khususnya Malaysia), sebagian lagi galau karena sedang proses seleksi kerja di Malaysia, sebagian yang lain galau karena sedang offering salary dengan salah satu perusahaan di Malaysia. Sayapun merasakan hal yang sama dulu, dan menurut saya fase inilah yang paling seru dari mulai persiapan interview, menunggu pengumuman, persiapan dokumen ini itu sampai menjelang hari H keberangkatan. Rasanya super excited, walaupun negara yang saya tuju cuma tinggal ngelangkahin Singapore :D
Berbeda dengan 3 bulan pertama saya kerja disini, sekarang kerjaan saya banyaknya setengah mampus ditambah lagi harus ngereplace kerjaan teman kantor yang sedang maternity leave (total 4 bulan). Sejak saya merasa terjadi ketidakseimbangan antara kehidupan kantor yang begitu padat dan kehidupan di luar kantor yang gitu-gitu saja, akhirnya saya memutuskan untuk ikutan les spanish. Selain karena saya pengen ikutan casting di film telenovela Marimar, siapa tahu di tempat les ada yang bening dan bisa di gebet haha.
- Bagaimana cara apply pekerjaan di Malaysia? Apa saja tahapannya?
- (Confusion): Menjadi Job Seeker Lagi (part 1)
- (Confusion) : Between Happy and Sad for The Farewell (Part 2)
- (Confusion) : Finally, I am Here.. Malaysia (Part 3)
- (Confusion) : Date by the date for Getting a New Job in Malay (Part 4)
- Alasan serta kelebihan dan kekurangan kerja di Malaysia?
- Bagaimana biaya hidup (dan rinciannya) di Malaysia?
- Berapa gaji standar perusahaan di Malaysia, apakah ada bonus, incentive, THR, etc?
- Apakah orang Malaysia welcome dengan orang asing (terutama orang Indonesia)?
Fakta unik tentang Malaysia (versi
1) Secara umum, masyarakat Malaysia di dominasi oleh orang melayu, india, dan Cina. That's why hal yang lumrah ketika ada orang ngobrol menggunakan bahasa inggris, tamil (bahasa India), dan mandarin. Bahasa inggris menjadi second language dan formal language.
2) Rata-rata warga Malaysia memiliki mobil 2-4 mobil per keluarga, hanya orang yang bener-bener tidak mampu atau pendatang yang tidak punya mobil. Contohnya saja di kantor, hampir semua operator naiknya mobil. Tranportasi utama disini adalah taksi dan kereta (seperti LRT, monorail, dan KTM). Jadi jangan harap ada bajaj, becak, ojek, apalagi delman.
3) Pendidikan dari TK-SMA gratis dan setiap pelajar diberi subsidi uang cash MYR 100 - 200 per bulan (setara Rp. 360.000 - Rp. 720.000). Selain itu, per keluarga juga mendapat tunjangan dari kerajaan setiap tahunnya. CMIIW :)
4) Untuk mengetahui asal universitas dari setiap dokter sangatlah mudah, cukup dengan melihat stempel nama mereka, contohnya dr. xxx (USM) berarti dokter tersebut berasal dari Universitas Sains Malaysia. Setiap orang bergelar bachelor (di Malaysia) sangat bangga dengan gelarnya sehingga memasang nama universitas dan gelar bersamaan (kalau di Indonesia pasti sudah dibully karena dianggap terlalu membanggakan almamater hehe). Di Malaysia, banyak dokter yang berasal dari Indonesia terutama alumni UGM dan UI yang sudah lama tinggal disini. Selain dari Indonesia, Malaysia juga banyak mengontrak tenaga medis dari India dan China.
5) Beberapa saat lalu, ada teman kantor (warga Malaysia) yang menanyakan bagaimana bentuk KTP Indonesia, sayapun jadi penasaran dengan KTP mereka. Dan ternyata, isinya tidak sekomplit KTP Indonesia (dari nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, agama, status, perkawinan, golongan darah, pekerjaan, hingga kewarganegaraan). KTP (atau IC kad) untuk warga Malaysia sangat simpel (nama, alamat, dan warga negara). Saya jadi ingat kabar hebohnya kolom agama dalam KTP yang akan dihilangkan di Indonesia beberapa waktu lalu, yang saya herankan kenapa pada tidak protes ketika passport kita tidak dicantumkan kolom agama? Mungkin kita bisa melihat Malaysia, dengan IC kad mereka yang sesimple itu mereka toh tetap ok-ok saja. Bahkan, di Malaysia sendiri, bagi muslim yang ingin merubah nama (walaupun cuma satu huruf) harus ada sumpah menurut islam dulu. Kalau di Indonesia main ganti saja, ketika nama di akte lahir (yang benar) harus diubah karena harus menyesuaikan dengan nama di ijazah SD - bachelor (ini yang saya alami sendiri >.<).