Melanjutkan postingan sebelumnya, kali ini saya sudah menginjakkan kaki di tanah kelahiran Ipin & Upin. Jujur saja sebenarnya saya agak hectic ketika akan terbang ke Malay minggu lalu, bukan karena ini adalah perjalanan overseas pertama saya tapi karena ada tragedi pesawat MH370 yang raib dan tidak diketahui keberadaaannya sampai saat postingan ini ditulis. Tapi lega juga karena perusahaan membelikan tiketnya bukan maskapai M*laysia Airlines.
*****
Sekitar pukul 12.30 PM (waktu Malaysia) saya sampai di KL setelah melalui perjuangan yang panjang karena harus bangun jam 3 subuh dan berangkat ke Bandara Juanda Surabaya dari rumah karena pesawat dijadwalkan take off pukul 8.50 AM. Sampai bandara Juanda sekitar pukul 8.00 AM, namun ternyata saya salah terminal, untung saja pesawat masih terkejar meskipun harus lari - lari menuju boarding room yang panjangnya setengah mati di Bandara Juanda terminal 2 dan ditambah sempat ditahan oleh pihak imigrasi T.T
Sampai di bandara LCCT Kuala Lumpur, saya sudah membayangkan adegan di film Friends with Benefits ketika Mila Kunis menjemput Justin Timberlake di bandara dengan memakai papan nama yang ditulis dengan lipstik-nya (Jiahh..). Tapi kenyataannya, boro-boro ada papan nama bertuliskan nama saya.. driver yang janjinya menjemput saya juga tidak nampak. Untungnya saya sudah mengantipasi hal ini, jadi di dalam bandara saya sudah membeli sim card baru sehingga saya bisa menghubungi driver tersebut (meskipun nunggunya sampe bikin jamuran saking lama-nya >.<).
Bandara LCCT, Kuala Lumpur |
*****
Awalnya ada dua hal yang saya khawatirkan ketika akan tinggal di Malaysia:
1) Makanan, info dari bos saya di ex-company Bogor dulu yang juga pernah bekerja di Malaysia (tepatnya di Melaka). Katanya masakan di Malaysia tidak seenak di Indonesia karena hanya rasa rempah-rempah, bahkan teman beliau yang juga dari Indo hanya bisa makan di satu kedai (istilah untuk warung). Namun alhamdulillah so far saya cocok dengan makanan disini, sangat mirip dengan masakan Indonesia saya rasa (kalau makanan Indonesia nilainya 100, disini saya kasih 95 lah ehehe). Namun sempat makan cendol, rasanya jauh lebih enak yang di Indonesia.
2). Orang Indo di Malay, banyak yang bilang bahwa orang Indonesia tidak terlalu disukai di negera Jiran karena tindak pelaku kriminal banyak dari kita (katanya lo yaaa). Tapi yang saya rasakan berbanding terbalik, mereka sangat welcome dan warming (untuk orang-orang di kantor dan hostel, belum tahu yang diluaran sana hehe).
Di tempat saya bekerja, bahasa lisan yang digunakan adalah trilingual melayu-inggris-mandarin (nyesel juga dulu menolak ajakan teman untuk kursus bahasa mandarin, sekarang saya jadi kambing congek kalau pada bicara bahasa mandarin >.<). Diantara ketiga bahasa tersebut tentu saya akan memilih bahasa inggris (meskipun bahasa inggris saya pas-pasan haha). Sebenarnya bahasa melayu cukup mudah dipahami karena memiliki banyak kesamaan kata dan makna dengan bahasa Indonesia, namun kadang kedua bahasa tersebut serupa tapi tak sama. Seperti hari ini, ada teman kantor saya yang bertanya dengan bahasa melayu "kerja bagus disini?"(nah loh emang lo siapa nanya-nanya kerjaan gue bagus apa engga haha), karena saya tidak paham jadinya di translate jadi bahasa inggris dan saya baru tahu bahwa bagus = enak jadi maksudnya "kerjanya nyaman ga disini?" (harusnya gue jawab mau tau aja apa mau tau banget :D). Contoh lainnya ketika driver yang mengantarkan saya MCU (medical check up.red) dan bertanya "senang disuntik? sebab ade orang yang perlu disuntik beberapa kali baru boleh diambil darahnye" (nah.. pertanyaan yang aneh kenapa harus senang disuntik?) ternyata maksudnya adalah "mudah ga disuntiknya? karena ada orang yang harus disuntik beberapa kali baru bisa diambil darahnya". Sama halnya ketika induction dengan HR section (namanya kak Ros, jadi inget film Ipin & Upin), keluar kata melayu yang "aneh" seperti kereta (mobil), kasut (sepatu), seronok (senang), tarikh (tanggal) etc.
Selain dari bahasa, yang seru (??) juga dari budaya di perusahaan ini yaitu setiap bulan ada family gathering di kantin kantor. Salah satu acaranya adalah perkenalan new employee (termasuk saya kali ini) dan pemberian voucher untuk yang berulang tahun (tidak lupa juga dinyanyikan lagu happy birthday oleh orang sepabrik sambil diiringi music, kirain awalnya pada berdiri semua untuk menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia tapi ternyataa...). Selain itu, pulang "teng go" juga menjadi tradisi disini. Sebenarnya saya kurang suka pulang teng go karena harus segera ninggalin kerjaan beres tidak beres (ceilee..). Mungkin ini juga pengaruh dari budaya di perusahaan sebelumnya, pulang teng go adalah suatu yang tabu. hehe
Namun kalau tidak pulang teng go akan ditinggal sama mobil jemputan.
Namun kalau tidak pulang teng go akan ditinggal sama mobil jemputan.
My working place (YSP Industries (M) Sdn. Bhd, Plant 1) |
Jarak tempuh kantor - hostel sekitar 10 menit. Sepeti yang saya bilang sebelumnya, kita disediakan mobil jemputan (untuk saya dan empat orang Indonesia lainnya serta Mr. Chang). Di hostel sendiri dihuni oleh 10 orang dan semuanya bekerja di YSP, 1 orang Taiwan (Kweh), 4 Orang Malay-Cina (Ang, Pong, lupa, dan Mr.Chang), dan 4 orang Indonesia (Saya, Mas Rifki, Adi, dan Mas Reza). Fasilitas hostel bisa dibilang OK lah, ada televisi, lemari es, dapur umum, mesin cuci, kamar mandi dalam dengan dilengkapi hot water, plus free hot-spot (ini yang dicari-cari, gratis internetan ehehe).
Kurang lebih Penampakan Hostel yang saya Tempati Saat ini |
*****
Suasana kotanya sendiri cukup menyenangkan karena tidak macet, tidak dijumpai ribetnya motor lalu lalang dan untuk makanan sesuai dengan lidah saya. Sayang-nya tempat saya ini susah akan transportasi, transportasi umum yang ada adalah taxi karena orang Malay rata-rata memiliki mobil sekalipun mobilnya abal-abal. Jadi kalau ada orang jalan di jalan raya, berarti itu orang Indonesia :P
Untuk biaya hidup di Selangor saya rasa relatif sama dengan di Jakarta, sekali makan + minum
sekitar 7 - 9 ringgit (1 ringgit sekitar Rp. 3.550,00). Meskipun banyak restoran yang menyajikan makanan halal disini, namun kita juga harus think twice, bayangkan saja akhir bulan nanti saya diajak makan-makan untuk farewell party teman kantor yang akan resign. Salah satu menu di restoran tersebut adalah daging harimau dan masakan unexpectable lainnya.
Mata Uang Ringgit Malaysia |
Sudah 5 hari saya disini (masih ada 1 tahun 11 bulan 3 minggu lagi hahaha). Overall
bisa dibilang saya betah dengan suasana disini baik di hostel maupun di
perusahaan tempat saya bekerja. Namun satu yang tidak saya suka adalah
panasnya cuaca Selangor apalagi ketika sudah sampai kamar, berasa
disauna semalaman saking panasnya. Selain itu, untuk menonton bioskop harus menempuh perjalanan 30 menit dengan train menuju Kuala Lumpur. Tapi tak apalah, hitung-hitung berhemat. hehe
Baca selanjutnya : (Confusion) : Date by the date for Getting a New Job in Malay (Part 4)
Baca sebelumnya : (Confusion) : Between Happy and Sad for The Farewell (Part 2)
Baca selanjutnya : (Confusion) : Date by the date for Getting a New Job in Malay (Part 4)
Baca sebelumnya : (Confusion) : Between Happy and Sad for The Farewell (Part 2)